Menjadi Seniman Barongan Prosesny dimulai
Nyantrik Dahulu
BLORA – Menjadi seniman
barongan tidak serta merta bisa atau hanya karena punya darah seni tradisional
tersebut dari pendahulunya, baik bapak atau kakek-kakeknya. Butuh proses
panjang. Dimulai dari 'nyantrik' dulu kepada seniman senior yang menjadi
idolanya.
Paling
tidak, itulah proses yang dilalui oleh pembarongan (seniman barongan) yang tergabung
di Risang Guntur Seto pimpinan Adi Wibowo. Ia mengutarakan, proses
nyantrik pun membutuhkan waktu yang cukup lama. ''Proses menjadi cantrik
sebelum terjun jadi pembarong membutuhkan waktu yang cukup lama,'' kata Adi
Wibowo kmaren, minggu, 15 Januari 2012.
Sarwiyanto (52), salah satu
anggota Risang Guntur Seto mengutarakan, ia telah belajar barongan dengan
nyantrik kepada seniman barongan di Kelurahan Kunden waktu itu sejak masih
kecil. ''Saya mbarong sudah lebih dari 35 tahun. Mulai dari barongan yang
dibuat dari karung goni hingga barongan terbuat dari kain seperti sekarang,''
ceritanya. ''Dulu mulai nyantrik sekitar umur 10 tahun, namun baru mulai ikut
mbarong sejak 17 tahun,'' lanjutnya.
Tak
hanya pembarong, pengrawit pun juga melalui proses nyantrik sebelum bergabung
dengan group barongan. Supandi (56), ikut menjadi pengrawit sejak 22 tahun.
''Tapi belajarnya sejak masih kecil, waktu itu masih belasan tahun umur saya,''
kenangnya.
Tanamkan Mental
Proses
nyantrik baik pembarong maupun pengrawit ini juga diakui kru Risang Guntur Seto
lain. Subandi, misalnya, yang memegang alat musik demung di group barongan yang
sudah berprestasi hingga level internasional ini.
Nuryanto
mengungkapkan hal senada. Di Risang Guntur Seto ia memegang demung. ''Kebetulan sejak kecil
saya memang suka karawitan,'' ujar pria kelahiran 30 tahun silam.
Budiono, pemegang Kendang, juga
mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. ''Saya mulai belajar sejak kecil,
yakni sekitar umur delapan tahun. Waktu
itu saya belum disunat,'' katanya sembari tersenyum.
Dari
proses panjang seniman barong baik yang jadi pembarong maupun pengrawit,
memiliki tujuan yang jelas, yaitu memunculkan roh seni barong sejak awal.
''Jadi sewaktu terjun sudah benar-benar jadi,'' terang Didik. Sedang untuk
mengetahui para calon generasi pembarong yang ikut nyantrik kepada seniman
senior, yaitu bisa dilihat dari mental saat pentas atau manggung. ''Proses
regenerasinya terjadi secara alamiah setelah nyantrik. Kalau belum siap benar
secara mental, seseorang yang telah lama nyanttrik pun akan grogi,'' jelasnya.
Ya,
proses menjadi pembarong memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Tidak serta merta jadi.
Harus melalui proses yang sangat panjang. ''Nyantrik
dulu, mbarong kemudian,'' tegas Didik. (humas blora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar