Senin, 25 Oktober 2010

BARONGAN BLORA

Nilai Budaya

Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.

Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.

Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.

Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa.

Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu :

1. Bujangganong / Pujonggo Anom

2. Joko Lodro / Gendruwo

3. Pasukan berkuda / reog

4. Noyontoko

5. Untub



Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.

Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.

Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :

“ Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhrnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.

Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.”
This entry was posted on 04.43 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langgan: Poskan Komentar (Atom) .

Sabtu, 23 Oktober 2010

LAMPORAN sebuah Tradisi yang Tetap terjaga

BLORA, SR.- Lamporan suatu tradisi dari nenek moyang yang telah berumur ratusan tahun, masih terjaga hingga sekarang Terbukti Kamis malam (7/1) lalu tradisi ini tetap dilaksanakan di kelurahan Kunden kecamatan Blora..


Pada pelaksanaan kirab lamporan diawali dan diakhiri dihalaman kelurahan Kunden ini, tak kurang sedikitnya diikuti 500-an orang, yang berjalan kaki membawa obor walau dalam keadaan gerimis. Diiringi pula dengan kelompok kesenian Barong yakni Seni Barong Risang Guntur Seto dari kelurahan setempat.


Menurut Adi Wibowo (Didik-red), tradisi ini sudah turun temurun dilaksanakan setiap tahunnya. Tujuan disamping pelestarian budaya, juga diharap nantinya akan menambah wisata budaya dikabupaten Blora.


“Disamping sebagai pelestarian budaya, dimaksud juga sebagai ruwat deso, ngilangake sengkolo tinebihno ing sambikolo murih makmure Rojokoyo” kata Adi Wibowo yang juga koordinator kegiatan ini.


Yang cukup menarik dalam kirab kali ini, tradisi mulai dikembalikan seperti semula.Yakni dalam kirab ini jumlah peralatan pecut/cemeti dan obor masing-masing sebanyak 40 buah tampak ada.


“Juga diwajibkan dalam perjalanan ditengah jalan, harus singgah di kediaman sesepuh Blora yakni keluarga RM. Sumo (alm Kakeknya istri Bupati Blora,RA Manik Habsari-red),” jelas Didik panggilan akrab pimpinan seni barongan Risang Guntur Seto ini.


Acara berakhir setelah keliling desa Kunden secara menyeluruh, dan ditutup dengan doa bersama dipimpin pemuka agama setempat dilanjutnya dengan tumpengan.


Sementara RA Manik Habsari ketika ditemui dikediamanya, mengharap agar tradisi ini tetap dilestarikan. Karena disamping sebagai tradisi namun berfilosofi yang tinggi, yakni mengusir roh halus yang selalu mengganggu umat manusia.


“Semoga di tahun 2010 ini desa Kunden dijauhkan dari godaan setan, masyarakatnya bisa hidup tenang dan tentram, gemah lipah loji nawe,” ungkap RA Manik Mabsari yang juga ketua Tim Penggerak PKK kabupaten Blora ini. (Roes)

Selasa, 28 September 2010

Kamis, 22 Juli 2010


Grup Seni Barong RISANG GUNTUR SETO di undang oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah guna memeriahkan acara LOMBA DAN KONTES TERNAK TINGKAT NASIONAL 2010 pada hari Rabu tanggal 21 Juli 2010, jam 10.00, bertempat di Komplek Asrama Haji Donohudan, Boyolali-Jawa Tengah pada kesempatan ini RISANG GUNTUR SETO menampilkan Barongan, tari Jaranan, Gendoruwon, Bujangganong, Pentulan.
Peserta Lomb
a, Masyarakat maupun Panitia yang melihat Lomba dan Kontes tersebut merasa terhibur dengan aksi-aksi dari Grup Barong RISANG GUNTUR SETO yang memang memukau.



























Senin, 05 Juli 2010

Festival Ronggowarsito, Semarang


Dalam rangka Festival Ronggowarsito, Semarang yang berlangsung dari tanggal 11 Mei s/d 16 Mei 2010, Museum Ronggowarsito mengundang Grup Barongan Risang Guntur Seto sebagai pengisi salah satu acara dalam festival tersebut yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Mei 2010 dengan tema "Pelestarian Budaya Hidup II".

Kamis, 17 Juni 2010

BARONGAN BLORA DI SERTIJAB PANGDAM IV DIPENOGORO


Seni Barong Risang Guntur Seto berkerjasama dengan Seni Barong ALUGORO 410 Blora tampil pada Sertijab Pangdam IV Dipenogoro hari Kamis tanggal 17 Juni 2010 di Lapangan Makodam Watu Gong, Semarang. Dengan menampilkan tarian kolosal meliputi: 10 Barongan, 8 Genderuwon, 8 Bujang Ganong, Untub, Noyontoko, & Barongan Raksasa yang total mencapai 70 Penari, berhasil memukau ribuan penonton serta tamu undangan yang hadir bahkan KSAD Jenderal TNI George Toisutta ikut memberikan apresiasi.

Rabu, 09 Juni 2010

GUNTURSETO

Kabupatèn Blora iku salah siji kabupatèn ing Jawa Tengah, lokasine ing sisih wetan, tapel wates karo Propinsi Jawa Wétan, udakara 127 km sisih wétané Semarang. Kutha Blora iku ibukutha kabupatèné, déné kutha-kutha liyane : Cepu, Ngawen, Kunduran, Jepon, Jiken, Doplang, Randublatung, Kradenan lan liya-liyane. Jembaré wilayah Kabupatèn iki ± 1.794,40 km2 utawa 179.440 hektar. Kabupatèn Blora nduwèni tlatah sing paling endhèk 30 nganti 280 mèter sak ndhuwuré permukaan segara, déné sing paling dhuwur nganti 500 mèter sak ndhuwuré permukaan segara. Kecamatan Japah minangka tlatah sing palin dhuwur, déné Kecamatan Cepu minangka tlatah sing paling endhèk dhéwé. Wilayah Kabupatèn Blora diapit déning Pagunungan Kendheng Lor lan Pegunungan Kendheng Kidul, kanthi susunan lemah arupa 56 % gromosol, 39 % mediteran lan 5 % aluvial. Miturut tata guna tanah, daerah alas minangka tlatah sing paling amba dhéwé yakuwi kurang luwih saka 90 hektar utawa 49,66 persèn, disusul lahan sawah kurang luwih 46 hektar lan tegalan 26 hektar. [1] Kecamatan Cepu sing kawentar sugih kekandutan lenga patra (Blok Cepu), minangka wates karo Propinsi Jawa Wetan (Kabupatèn Bajanegara lan Kabupatèn Ngawi). Tapel wates mau arupa tapel wates alam, yakuwi Kali Bengawan Solo. Salah sawijining daerah aliran Bengawan Solo sing diarani Bengawan Soré, kawentar minangka daerah sing dadi lokasi perang antarané Arya Penangsang lan Sutawijaya sing dicritaaké ana ing Legenda Arya Jipang. Liyané Legenda Arya Penangsang karo jaran Gagak Rimangé, Kabupatèn Blora uga kawentar dening anané ajaran Saminisme sing asalé saka tlatah Klopodhuwur Blora. Masyarakat Samin iki sering banget didadèkaké obyèk penelitian dening para mahasiswa utawa peneliti liyané saka Universitas Gajah Mada lan Lembaga Pawiyatan Luhur liyané.
BARONGAN BLORA.... kereenn.....

Kabupatèn Blora iku salah siji kabupatèn ing Jawa Tengah, lokasine ing sisih wetan, tapel wates karo Propinsi Jawa Wétan, udakara 127 km sisih wétané Semarang. Kutha Blora iku ibukutha kabupatèné, déné kutha-kutha liyane : Cepu, Ngawen, Kunduran, Jepon, Jiken, Doplang, Randublatung, Kradenan lan liya-liyane. Jembaré wilayah Kabupatèn iki ± 1.794,40 km2 utawa 179.440 hektar. Kabupatèn Blora nduwèni tlatah sing paling endhèk 30 nganti 280 mèter sak ndhuwuré permukaan segara, déné sing paling dhuwur nganti 500 mèter sak ndhuwuré permukaan segara. Kecamatan Japah minangka tlatah sing palin dhuwur, déné Kecamatan Cepu minangka tlatah sing paling endhèk dhéwé. Wilayah Kabupatèn Blora diapit déning Pagunungan Kendheng Lor lan Pegunungan Kendheng Kidul, kanthi susunan lemah arupa 56 % gromosol, 39 % mediteran lan 5 % aluvial. Miturut tata guna tanah, daerah alas minangka tlatah sing paling amba dhéwé yakuwi kurang luwih saka 90 hektar utawa 49,66 persèn, disusul lahan sawah kurang luwih 46 hektar lan tegalan 26 hektar. [1] Kecamatan Cepu sing kawentar sugih kekandutan lenga patra (Blok Cepu), minangka wates karo Propinsi Jawa Wetan (Kabupatèn Bajanegara lan Kabupatèn Ngawi). Tapel wates mau arupa tapel wates alam, yakuwi Kali Bengawan Solo. Salah sawijining daerah aliran Bengawan Solo sing diarani Bengawan Soré, kawentar minangka daerah sing dadi lokasi perang antarané Arya Penangsang lan Sutawijaya sing dicritaaké ana ing Legenda Arya Jipang. Liyané Legenda Arya Penangsang karo jaran Gagak Rimangé, Kabupatèn Blora uga kawentar dening anané ajaran Saminisme sing asalé saka tlatah Klopodhuwur Blora. Masyarakat Samin iki sering banget didadèkaké obyèk penelitian dening para mahasiswa utawa peneliti liyané saka Universitas Gajah Mada lan Lembaga Pawiyatan Luhur liyané.
Kabupatèn Blora iku salah siji kabupatèn ing Jawa Tengah, lokasine ing sisih wetan, tapel wates karo Propinsi Jawa Wétan, udakara 127 km sisih wétané Semarang. Kutha Blora iku ibukutha kabupatèné, déné kutha-kutha liyane : Cepu, Ngawen, Kunduran, Jepon, Jiken, Doplang, Randublatung, Kradenan lan liya-liyane. Jembaré wilayah Kabupatèn iki ± 1.794,40 km2 utawa 179.440 hektar. Kabupatèn Blora nduwèni tlatah sing paling endhèk 30 nganti 280 mèter sak ndhuwuré permukaan segara, déné sing paling dhuwur nganti 500 mèter sak ndhuwuré permukaan segara. Kecamatan Japah minangka tlatah sing palin dhuwur, déné Kecamatan Cepu minangka tlatah sing paling endhèk dhéwé. Wilayah Kabupatèn Blora diapit déning Pagunungan Kendheng Lor lan Pegunungan Kendheng Kidul, kanthi susunan lemah arupa 56 % gromosol, 39 % mediteran lan 5 % aluvial. Miturut tata guna tanah, daerah alas minangka tlatah sing paling amba dhéwé yakuwi kurang luwih saka 90 hektar utawa 49,66 persèn, disusul lahan sawah kurang luwih 46 hektar lan tegalan 26 hektar. [1] Kecamatan Cepu sing kawentar sugih kekandutan lenga patra (Blok Cepu), minangka wates karo Propinsi Jawa Wetan (Kabupatèn Bajanegara lan Kabupatèn Ngawi). Tapel wates mau arupa tapel wates alam, yakuwi Kali Bengawan Solo. Salah sawijining daerah aliran Bengawan Solo sing diarani Bengawan Soré, kawentar minangka daerah sing dadi lokasi perang antarané Arya Penangsang lan Sutawijaya sing dicritaaké ana ing Legenda Arya Jipang. Liyané Legenda Arya Penangsang karo jaran Gagak Rimangé, Kabupatèn Blora uga kawentar dening anané ajaran Saminisme sing asalé saka tlatah Klopodhuwur Blora. Masyarakat Samin iki sering banget didadèkaké obyèk penelitian dening para mahasiswa utawa peneliti liyané saka Universitas Gajah Mada lan Lembaga Pawiyatan Luhur liyané.

Rabu, 28 April 2010

ikut pentas tari 24 jam


Barongan Blora "Risang Guntur Seto" persiapan akan tampil besok tgl 28 April 2010 di Solo dalam rangka mengikuti pentas tari 24 jam non stop. Pertunjukkan barongan yang dipimpin loeh Adi Wibowo (Didik) ini rencananya akan mendapat jatah pentas jam 1 siang di ISI Surakarta.
selamat menyaksikan....

Senin, 05 April 2010

DeklarasiCalon Bupati Blora (YES = Yudhi Hestu)

Selasa, 6 April 2010. Acara deklarasi calon bupati Blora ; Yudhi Sancoyo dan Hestu Bagyo yang dilaksanakan di area alun2 kota Blora dimeriahkan dengan pagelaran Barongan Risang Guntur Seto. Cabub ini diarak oleh berbagai lapisan elemen masyarakat yang sudah bertekad mendukung pasangan YES...